Senin, 10 Juni 2013

WOW!!!! NUSA TENGGARA TIMUR. PART: PULAU SUMBA





Mataram, 11 Juni 2013. 09 17 WITA.



Tet. Tet… Tet… bunyi alarm di jam 05.30 WITA membangunkan saya dari tidur yang cukup pulas di Guest House Rumah Bupati Sumba Timur. Bergegas mandi karena jam 7.00 WITA saya akan dijemput teman –teman dari Dinas Pendidikan untuk menuju ke Kecamatan Paga, di selatan pulau Sumba.
Ah… masih dingin, tp terus mengguyur air yang segar itu…

Tepat jam 7.15 WITA, mobil gagah bernama Strada, asal pabrikan Jepang Mitsubishi sudah parkir di depan kamar saya. “mari pak kita berangkat”. Ajak saya kepada teman-teman dari Dinas Pendidikan.

“pak kita mampir beli makanan dulu, disana tidak ada yang jual makanan”

“ah benar saja??” ucap saya sedikit tidak percaya. Tapi yasudahlah, saya percaya saja.

Perjalanan pun dimulai. Strada memang jago dijalanan sulit, tak hanya sekali mobil ini harus turun ke sungai karena tidak mempunyai jembatan. Ya inilah Indonesia, tepatnya di Sumba.

Bosan? Tidak!! Selama perjalanan saya bisa merasakan indahnya alam yang mata ini tidak perbah lihat sebelumnya.  Padang savana dengan banyak ternak, Sumba begitu indah. Melewati hutan hujan yang lebat, air terjun yang terdapat belut misterius, luar biasa!!!!



Tak terasa perjalanan sudah hampir 8 jam. Sampailah kita di Kecamatan Paga. Pesisir pantai ternyata, dengan ombak besar khas lautan Hindia.


Tidak lama saya di Paga, hanya sekitar 3 jam. Harus segera menyelesaikan pekerjaan secepatnya, atau saya akan pulang larut malam sampai di Waingapu nanti.

Perjalanan malam pun tak kalah seru, entah lewat jalan atau sungai, saya sudah tidak tahu, yang jelas sangat tidak rata. Kami pun berhenti sejenak di rumah warga, dan makan nasi bungkus yang kita beli pagi tadi. Masih enak?! Hahahahah… kalau lapar mah apa-apa enak!!!
Sekitar jam 23.00 WITA, kami pun sampai di Guest House Bupati Sumba Timur. Saya pun langsung tertidur.








………

Waikabubak.
Inilah ibukota Sumba Barat. Kota kecil, sangat kecil menurut saya. Kota dengan pria dewasa yang selalu membawa sebuah parang khas sumba di samping pinggangnya. Ngeri juga memang, jangan-jangan kalau berkelahi bisa saling tebas…. Tapi dapat kabar mulai tahun 2012 sudah dilarang pria dewasa untuk membawa parang, kebijakan yang baik.
































Saya sempat ke Kampung Waitabar dan Kampung Tarung. Salah dua Kampung adat di Sumba Barat. Kampung yang masih sangat asli, dengan rumah yang masih terbuat dari bebak, dengan kayu khas Sumba yang tahan sampai bertahun-tahun.


Mama-mama di Kampong Tarung maupun Kampung Waitabar juga sangat ramah. Sesekali kami bercanda. Tertawa bersama.



















Pasola. Saya belum lihat sampai sekarang. Tiap ke Sumba Barat, selalu tidak pas dengan jadwal Pasola yang diadakan sekitar bulan Februari sampai Maret.

Namun saya sudah sampe ke Kecamatan Lamboya Bawa, tempat dimana diadakan Pasola. Padang rumput yang luas, selingi beberapa kubur batu yang sudah berumur ratusan tahun.










Sungguh menarik Pulau Sumba ini… masih banyak yang masih bisa saya ceritakan tentang Sumba….


Salam,
@andrants

Tidak ada komentar:

Posting Komentar