Sabtu, 01 Agustus 2015

KAMPUNG TARUNG DAN WAITABAR SUMBA

Kampung Adat Waitabar dan Tarung

Jika ada yang pernah mengunjungi Kampung Adat Bena di Ngada Flores,  pasti akan takjub dengan kampung adat yang masih lestari itu (meski sebagian warganya sudah ada yang menggunakan sepeda motor). Bagaimana dengan pulau sebelah selatan Flores? Ya pulau Sumba. Tepatnya di pusat kota kabupaten Sumba Barat,  Waikabubak. Kota kecil ini memang semakin berkembang dan ramai, namun ada sebuah kampung adat yang masih mencoba bertahan dari riuhnya modernisasi. Jika sudah mendarat di Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya,  butuh 1 jam perjalanan untuk menuju Waikabubak. Ada angkutan travel yang bisa digunakan. 
Beruntung memang,  saya punya kenalan seorang lurah lulusan IPDN disana. Dari hotel hanya berjalan kaki saja menuju kampung Waitabar dan Tarung,.  Kampung ini dianggap sebagai pusat dari seluruh kampung adat yang ada di pulau Sumba . Karena bersama teman yang memang sudah terkenal disana,  jadi cukup nyaman bagi saya untuk berkunjung kesana. Free untuk masuk kesana,  hanya mungkin nanti kita sebaiknya membeli souvenir di sana,  berupa kain tenun atau manik2. Tidak mahal,  saya membeli kain tenun kecil seharga Rp20.000,00.
Bangunan yang masih terjaga,  adat yang masih dipegang, contohnya adalah upacara adat yang akan banyak mengorbankan babi dan kerbau. Kita bisa lihat tanduk kerbau dan taring babi hutan sebagai tanda seberapa sering dan besar upacara yang diadakan sebuah keluarga.

Di Sumba kita bisa melihat dunia Megalithic yang masih ada,  kubur batu. Ya disana memang seseorang yang meninggal akan 'dikubur" di dalam sebuah batu. Namun semakin kesini tren disana,  kubur batu sudah digantikan dengan semen yang dibentuk sebagai batu yang berlubang ditengahnya. Mungkin karena biaya yang mahal dan susahnya mencari batu saat ini.

Teman dapat membeli oleholeh dari Waikabubak berupa parang Sumba,  saya ada beli 3 dari sana. Yang jadi masalah adalah nanti di airport,  petugas bandara akan meminta "bayaran" Rp50.000 per parang,  katanya untuk biaya keluar. Jangan mau,  karena bagi saya itu pungli,  karena memang tidak ada kwitansi resminya. 
Ada yang ingin berkunjung ke Sumba? Jangan lupa menikmati setiap momentnya..