Toraja, Negeri Indah dengan Budaya Unik (Part
1)
Maret
2018
Di masa lalu, orang Bugis menyebut sebagai
To Riaja, yang berarti orang yang tinggal di negeri atas atau pegunungan.
Dilihat dari tingginya, Toraja berada di 704-1.646 MDPL.
Tongkonan, Rumah Adat Asli Toraja |
Sangat
berkesan berkunjung ke Tana Toraja dan Toraja Utara di pertengahan 2018. Dengan
transportasi bus, Toraja dapat dicapai selama sekitar 9 jam perjalanan dari
Kota Makassar. Bus yang saya naiki, berangkat dari Terminal Daya Makassar pukul
21.00, dan sampai di Rantepao pada pukul 06.00 keesokan harinya.
Dengan
becak motor, saya menuju Hotel Kartika 2, hotel bintang dua yang nyaman, tengah
kota, namun dengan rate lumayan, IDR 650K/malam. Tidak banyak waktu untuk
beristirahat memang, karena ittinery yang
saya buat sudah harus dimulai pada pukul 09.00.
Setelah
siap, saya menuju rumah teman kantor, Novita, lumayan dapat pinjaman motor
gratis selama tiga hari dua malam hari di Toraja. Sekalian mem-fix kan ittenary ke orang asli Toraja agar perjalanan semakin terarah dan
tidak banyak membuang waktu.
Saya
berada di Toraja selama tiga hari dua malam, namun hanya bisa jalan-jalan
selama dua hari karena hari ketiga, pagihari sudah harus kembali ke Makassar. List tempat yang akan saya kunjungi
adalah:
1. Buntu
Burake
2. Kuburan
Londa
3. Kuburan
Lemo
4. Pasar
Hewan Bolu Rantepao
5. Ketekesu
6. Negeri
Atas Awan Lolai
7.
Kalimbuang Bori
Sepeda
motor sudah ada, yang pertama dilakukan adalah mencari sarapan. Perut yang
lapar akan mengganggu perjalanan bukan?!
Agak susah mendapat tempat makan yang nyaman bersih dan halal di
Rantepao.
Sudut Kota Makale, DPRD Kabupaten Tana Toraja |
Sepeda
motor saya arahkan ke Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja, Makale. Tidak butuh waktu
lama untuk mencapai Makale, hanya butuh waktu sekitar 40 menit.
Sejenak
berhenti menikmati lalu lalang Kota Makale di Plaza Kolam Makale, dari sini
Patung Yesus di Bukit Buntu Burake terlihat jelas.
Patung Yesus Memberkarti, dari Plaza Kolam Makale |
Akses
menuju Bukit Buntu Burake tidak sulit, jalan yang mulus lagi meliuk, menanjak
tentunya.
Harga
tiket masuk Bukit Buntu Burake adalah IDR 10K, cukup terjangkau.
Ditengah
terik matahari yang panas, berada di bawah Patung Yesus ini angin cukup
kencang, lumayan mengeringkan keringat.
Patung
Yesus Memberkati ini dibangun mulai tahun 2014, dengan tinggi 40 meter, dan
dibangun di Bukit Buntu Burake dengan ketinggian 1.700 MDPL, membuat Patung ini
adalah Patung Yesus Memberkati terbesar dan tertinggi di dunia.
Disini
juga terdapat jembatan kaca yang dapat pengunjung nikmati, sayang pas saya
datang, sedang ditutup untuk umum. Tidak berlama saya disini, karena harus
melanjutkan ke Lemo.
Yesus dari balik dedaunan di Buntu Burake |
Lemo
adalah sebuah komplek kuburan batu yang berada di tebing batu dengan tinggi
sekitar 20-30 meter dari atas tanah. Yang unik adalah, bangsawan yang meninggal
akan dikuburkan pada ceruk tebing yang sudah dilobangi, dengan dimensi sekitar
1 meter kali 1 mater. Tinggi kuburan menandakan derajat yang meninggal. Hal
menarik lain adalah adanya patung kayu, yang disebut Tao-Tao. Tao-Tao dipahat dari kayu menyerupai
orang yang meninggal. Di Londa, ritual Ma
Nene, atau mengganti baju jenazah sering diadakan. Ma Nene merupakan simbol penghormatan kepada orang tua yang sudah
meninggal. Harga tiket masuk ke Lemo seharga IDR 10K.
Wisatawan mengunjungi Lemo |
Tao Tao, dibuat menyerupai wajah orang yang telah meninggal |
Tempat
menarik lagi yang harus tidak terlewati adalah Kuburan Tua Londa. Tidak jauh
dari destinasi sebelumnya, Londa bisa dicapai dari Rantepao hanya dengan 30
menit, atau berjarak 7 KM dari Rantepao. Londa berbeda dengan Lemo, karena di
Londa, tidak hanya kuburan batu di tebing, namun juga terdapat kuburan di dalam
goa. Sama dengan Lemo, disini juga terdapat Tao-Tao
yang diletakkan di dekat lobang tempat jenazah di semayamkan. Semakin tinggi
posisi peti mati, semakin tinggi pula posisi tersebut di dalam masyarakat.
Di
dampingi guide, saya mencoba masuk ke
dalam goa, konon panjang dari goa ini berkisar 900-1000 meter. Di dalam goa ini
akan dijumpai banyak sekali tengkorak dan kerangka manusia yang berada dicelah
goa, maupun di lantai goa.
Tengkorak yang tersusun di salah satu sudut goa |
Tumpukan tengkorak di Londa |
Ingat
ya, jangan menyentuh tengkorak atau kerangka, karena untuk memindahkan tengkorak
atau kerangka harus diadakan upacara adat. Menurut penjelasa guide yang memandu kami, Londa merupakan
kuburan keluarga terbesar di Toraja Utara dari garis keturunan Marga Tolengke. Di
dalam goa ini, akan dijumpai tengkorak sepasang kekasih yang mengakhiri
hidupnya karena hubungannya tidak direstui orang tuanya karena keduanya masih
mempunyai hubungan darah/saudara.
Setelah
menunaikan makan siang, perjalanan selanjutnya adalah Pasar Hewan Bolu di
Rantepao. Apa uniknya main ke pasar hewan?! Lets see….
Dengan
berbekal google maps, sepeda motor
melaju pelan di jalan raya yang lumayan rame, berpapasan dengan motor-motor yang
membawa babi di jok belakang, menelusuri poros Rantepao-Palopo. Hanya 10 menit
saja dari pusat kota Rantepao. Pasar hewan ini buka dari jam 07.00 s.d 18.00.
Pasar
Hewan Bolu konon adalah pasar kerbau terbesar di dunia, karena dalam satu hari
ada 500 ekor kerbau yang diperjualbelikan di pasar ini. Adat Toraja memang
dekat dengan kerbau, dimana setiap upacara adatnya selalu ada pemotongan
kerbau. Ada beberapa tingkat/jenis kerbau yang diperjualbelikan , yaitu Kerbau
Saleko atau kerbau bule, Kerbau Bonga, Kerbau Lotong Boko, Kerbau Ballian, dan
Kerbau Pudu’ yang mempunyai harga paling murah.
Kerbau
atau disebut Tedong dalam bahasa Toraja mempunyai harga yang fantastis, yang
paling mahal adalah Tedong saleko, harganya mencapai 1 Milyar per ekor. Tedong
Saleko mempunyai warna dasar putih dan belang hitam dengan tanduk kuning gading
dan bola mata berwarna putih.
Tedong
Bonga, harga kerbau ini hampir mirip dengan harga Tedong Saleko, namun lebih
murah dengan ciri fisik berwarna dasar hitam dengan belang putih.
Tedong Saleko? atau Tedong Bonga? |
Tedong
Ballian mempunyai ciri khas yang berbeda dengan kerbau lainnya, ciri fisik
terlihar dari tanduk kerbau yang mempunyai rentang panjang mencapai 2 meter,
dengan warna hitam dan tubuh gempal. Harga dari kerbau ini berkisar 100 jutaan.
Di
dalam adat Toraja, banyaknya kerbau yang dikorbankan dalam sebuah upacara adat,
merupakan tolok ukur kemakmuran dari keluarga tersebut.
Hari
pertama di Toraja sudah sangat memuaskan dan melelahkan. Saya kembali ke Hotel
Kartika 2 setelah maghrib, setelah menikmati lele dengan nasi uduk di warung
makan lamongan di jajaran kompleks pertokoan Rantepao.
Perjalanan
belum selesai, masih ada satu hari lagi untuk kembali mengeskplore Toraja.
Istirahat
dulu, besok pagi subuh ke Negeri di Atas Angin, Lolai.
(bersambung… part 2)
follow
IG for more photos:
@andrants
Tidak ada komentar:
Posting Komentar