Senin, 21 Januari 2019

TERASERING PANYAWEUAN ARGAPURA

Terasering Panyaweuan Argapura.

Majalengka, 19 Januari 2019

Informasi awal sudah didapat, jadi modal saya kesana dengan membawa mobil.
Setelah mengisi perut dengan sop kaki kambing di bilangan Bekasi, jam 21.30 WIB saya arahkan mobil menuju toll cikampek.
Waktu pas ke Panyaweuan adalah pagi hari atau sore hari, karena siang sinar matahari begitu terik. Dan bulan yang pas adalah pas musim penghujan, seperti bulan Januari ini. Musim kemarau di bulan September, Panyaweuan adalah ladang yang kosong tanpa tanaman bawang.”

Sebenarnya badan sudah terasa ingin beristirahat. Ngantuk dan ingin rebahan saja, lanjut merem tentunya. Tapi trip ke Argapura sudah beberapa hari lalu direncanakan. Terasering Panyaweuan. Akhir-akhir ini memang sedang hits, ramai jadi perbincangan pemburu foto di instagram.
Dengan bekal mesin pencarian google, saya mencari informasi dimana lokasi dan cara kesananya. Ada banyak tulisan dari teman bloger yang sudah kesana. Oke, Terasering Panyaweuan, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kesana!!!

Poin penting berkunjung ke Panyaweuan adalah hati-hati di jalanan Argapura menuju Panyaweuan. Ada yang menyebut jalan menuju Panyaweuyan relatif susah, hanya bica dicapai dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum dari terminal Maja. Bagi kendaraan pribadi, harus dengan kondisi yang fit dan skill pengemudi yang mahir pula. Karena jalan menuju kesana yang sempit dan berjurang di salah satu sisi. Tidak ada ojek menuju kesana.

...

Sudah 3 tahun ini memang Toll Cikampek selalu padat cenderung macet, karena pembangunan LRT yang saya juga tidak tahu kapan sampai selesainya. Exit dari Toll Cikampek sekitar pukul 23.00 WIB, perjalanan dilanjutkan dengan memasuki Toll Cipali.
Saya putuskan untuk beristirahat di Rest Area Toll Cipali KM 102.  Kembali saya cek rute dan lama dari Rest Area Toll Cipali KM 102 ke Panyaweuan. 2,5 jam. Jika sampai sana harus sebelum matahari terbit, harus start kembali paling lambat jam 03.00 WIB.
Lumayan bisa istirahat minimal 2 jam.

Alarm berbunyi tepat jam 02.30 WIB. Bergegas cuci muka, tidak lupa sholat tahajjud dulu, lumayan sudah tidur, dan berdoa agar perjalanan selalu lancar.
Dini hari memang waktu yang tepat di Toll Cipali, jalanan yang lengang, bisa memacu kendaraan lebih dari 100 Km/jam.
Waze kembali memberi arahan bahwa harus keluar di Exit Toll menuju Bandara Kertajati. Saya lupa nama exit tollnya, yang jelas menuju Bandara Kertajati.

Jam menunjukkan pukul 04.45 WIB. Lumayan cepat memang dari Rest Area Toll Cipali KM 102. Keluar toll Cipali, jalan menuju Majalengka cukup gelap. Sampai nanti akan bertemu dengan jalan dua arah yang terpisah pembatas jalan yang mulai ramai dan tentu sudah tidak gelap lagi karena lampu penerangan sudah mulai ada.
Kecamatan Maja, seperti yang saya baca di google, sebelum sampai di Argapura, harus melewati Kecamatan ini, melewati Alun-Alun Maja, ada sebuah masjid di depannya, pas dengan waktu subuh di Majalengka.

Namun saya tetap melanjutkan laju mobil, sampai akhirnya sampai di sebuah desa yang saya tidak tahu namanya, saya berhentikan mobil di sebuah masjid. Setelah sholat subuh, saya mencoba bertanya kepada nenek penjual serabi di dekat masjid mengenai lokasi Panyaweuan.

“Sudah dekat A', sekitar 5 km ke arah sana” dengan bahasa campur Sunda yang pastinya saya tidak paham.
Kembali saya menanyakan hal yang sama dengan pria paruh baya, karena informasi yang saya dapat dari google, lebih aman menggunakan angkutan umum karena kondisi jalan yang cukup sulit.

“Mobil bisa naik kok mas, tapi ada beberapa tikungan S yang harus berhat-hati. Tidak ada angkutan umum kesana.”

Ternyata bisa dibilang sulit mendapati angkutan umum ke Panyaweuan. Dengan yakin kondisi mobil yang fit dan mental yang siap, saya memberanikan untuk membawa naik mobil matic naik ke Panyaweuan. Dan memang, jalan yang ditemui sempit, menanjak dan gelap. Gigi yang dipakai selalu D2 karena memang jalanan yang menanjak. Sesekali berpapasan dengan mobil dan truk. Cukup sempit memang, tidak lebih dari 2,5 meter.



Tidak butuh waktu lama, Alhamdulillah, sampai juga akhirnya di Panyaweuan, Puncak dari Kecamatan Argapura. Sepanjang mata melihat, terasering semuanya dengan tanaman bawang merahnya. Beberapa sudut, petani-petani sibuk dengan kegiatan bertaninya, entah panen, menyemprot, atau sekedar menyiangi tanaman.

Tanaman bawang merah berjejer rapi, sangat indah dari kejauhan. Ternyata pagi itu sudah ramai oleh fotographer, sekitar 14 orang berkamera professional membidikkan lensa telenya, mengarahkan ke petani yang sedang beraktifitas. Ada juga yang menerbangkan drone, mencari sudut paling kece untuk di ambil gambarnya.


Pengunjung bisa menaiki bukit, yang saya kira adalah titik paling tinggi di Panyaweuan. Dengan membayar IDR 5000, pengunjung bisa menikmati titik tertinggi Panyaweuan. Ingat ya, jangan memasuki ladang yang memang khusus untuk petani. Meskipun sudah dipagari, namun tetap saja ada pengunjung yang nekat melewati pagar. Bukan untuk ditiru, jangan merusak tanaman bawang yang sudah dirawat hati-hati oleh petani, dan ingat tanaman bawang adalah sumber penghasilan bagi petani di Panyaweuan.






Puas menikmati dan meng-capture keindahan Panyaweuan, saya kembali ke parkiran semula, dengan berjalan kaki, dan mampir ke warung sederhana milik warga Panyaweuan, memesan mie rebus, karena memang perut sudah mulai lapar.

“Curug Muara Jaya”, ada arah panah menuju ke curug, rasa penasaran saya mumcul. Bertanya kepada ibu penjual mie rebus, ternyata tidak jauh, dan curug mempunyai 2 air terjun kecil dan besar. Sepertinya agak ragu menuju kesana dengan membawa mobil, karena jalanan yang curam, berkelok dan sempit. Si ibu penjual mie menawarkan untuk menyewa motornya kepada saya. IDR 50.000. Yamaha X-Ride, kuat gak nih? Hehehe…

Ternyata cukup mudah mencapai Curug Muara Jaya, sampai disana, masih sepi. Dengan tiket masuk IDR 15.000/orang, lumayan mahal menurut saya, karena wisata curug di Banyumas hanya mematok tiket masuk IDR 5000-10.000 saja.



Dengan sekitar 500an buah anak tangga, pengunjung akan disambut dengan air terjun yang tidak terlalu besar, namun dengan kolam yang cukup untuk bisa mandi-mandi dan berenang. Dengan naik beberapa tangga dari air terjun pertama, air terjun utama, yang dari tangga kejauahan terlihat, kita akan menemui Curug Muara Jaya yang mempunyai tinggi kurang lebih 30 meter.
Air segar dan bening, pelangi samar yang terbentuk karena partikel kecil air yang terbawa angin. Jangan lupa untuk membasuh muka dengan air curug ini, segar pastinya.
Di jalan kembali ke parkiran, tampak ibu-ibu petani yang sedang memanen bawang, sangat ramah menyapa para pengunjung curug muara jaya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB, sudah saatnya turun dari Argapura. Perut sudah keroncongan, saya arahkan mobil ke Cirebon, biar perut diisi dengan yang enak-enak… Empal genthong, sego jamblang dan tahu gejrot.

Selamat merencanakan trip asik!


@andrants


Tidak ada komentar:

Posting Komentar