“Sudah mau sampai nih Bro”
WA teman saya yang 2 jam lalu berangkat dari Jakarta.
Memang Sabtu adalah pilihan sulit bagi yang mau menuju Puncak.
Posisi saya di Ciawi, persis exit toll arah Puncak.
Berawal dari WA iseng malam sebelumnya, teman saya yang
tinggal di Jakarta mengajak ke Pangalengan. Sesuatu yang mendadak, antara mau
iya atai tidak.
Tapi karena dia mau menjemput saya di Bogor, saya
iyakan setelah satu jam lebih WA nya pending saya jawab.
Sabtu siang kami meluncur ke Pangalengan, via
Cipularang. Pilihan terbaik daripada lewat Puncak yang tentu saja akan sangat
macet, meski via Cipularang bisa dibilang memutar, namun malah lebih singkat
untuk bisa mencapai Pangalengan sebelum malam.
Seperti biasa, Cikampek selalu macet, karena
pembangunan toll melayang yang belum selesai.
Setelah Cipularang, lalu lintas toll bisa dibilang lancer.
Sampai dengan exit toll Soreang di Kabupaten Bandung, sekitar pukul 17.00. Ini
kali pertama bagi saya ke Pangalengan.
Kami sampai di Pangalengan hamper jam 19.00. Dan
langsung menuju penginapan sederhana yang telah teman saya pesan. Shinta Corner Ranch. Sedikit ada
miss masalah kamar, karena apa yang sudah dibook tidak sama dengan yang dipesan
via aplikasi Traveloka. Meski diupgrade ke kamar yang lebih luas, namun bentuk
kamar yang bisa dibilang bungalow, tidak sebagus dari yang dipilih diaplikasi. Yasudah
lah. Karena memang tidak ada kamar lagi.
View kamar di pagi hari |
View dari kamar yang kami dapatkan, family room. |
Setelah unpack dan mandi, tentu saja kami mencari
makan malam yang khas di Pangalengan. Tidak banyak memang. Namun ada kuliner
malam yang katanya enak menurut google. Sate Pangalengan. Di warung Sate Paris
kami memesan seporsi sate kambing dan gule kambing. Cukup untuk mengisi perut
dan sedikit menghangatkan badan dengan teh tawar yang diberikan gratis.
Sebenarnya apa yang akan kami cari di Pangalengan? Kenapa
tidak ke Kota Bandung saja yang lebih binger dengan kehidupan hedon?!
Jawabannya karena kami memang terlalu menyukai alam.
Lagi-lagi karena Instagram, postingan tentang
Perkebunan Teh di Pangalengan yang tentu saja berhasil menarik kami untuk
mengunjungi.
Tujuan kami tidak banyak, karena memang waktu yang
tidak lama. Cukul Sunrise Point adalah yang akan kami datangi besok pagi. Dengan
catatan bisa bangun pagi… hahahah…
Cuma itu? Tentu saja tidak. Kami juga akan mampir ke
Situ Cilenca, situ yang lumayan bagus di Instagram, lebih-lebih jika pagi dan
bawa drone, barang yang belum kami punyai.
Keun Teh Malabar juga masuk dalam list kami. Kok kebun
teh lagi? Ternyata bukan itu tujuan
kami. Tepatnya adalah Rumah Pengabdi Setan. Bagi yang pernah nonton Film
Horor 1983 dengan judul yang sama yang telah diremake oleh Joko Anwar di tahun
2017, pasti akan tahu seramnya rumah ini.
Terakhir adalah Malabar Coffee, dengan kopi luwaknya
yang difavoritkan.
…
pagi itu saya sudah bangun jam 05.00. tapi teman saya
mungkin kecapean karena belum juga bangun. Rencana untuk melihat sunrise
sepertinya gagal.
06.00 kami baru berangkat menuju Cukul. Sekitar perjalan
45 menit dari hotel. Tentu saja bermodal google maps.
Sampai di
Cukul Sunrise Point ternyata sudah ramai pengunjung. Parkiran sudah lumayan ramai.
Cukul Sunrise Point |
Dengan berjalan sekitar 200 meter dengan jalanan
berbatu, kami menuju Cukul point. Dengan HTM IDR10.000/orang, kita bisa
menikmati lekukan pegunungan di selatan Bandung yang cantik dengan kabutnya
yang masih menyelimut sembari sinar matahari naik dari titik terbitnya.
Banyak yang mendirikan tenda disini, sepertinya
mereka camping dari malam sebelumnya. Ada juga memanfaatkan pagi yang sahdu
dengan mengambil foto preweding.
Ada beberapa warung disini, yang menyediakan kopi,
gorengan dan cemilan lain. Tidak perlu kawatir jika belum sarapan sebelumnya.
Sunrisenya sudah lewat |
Sejuk liatnya... |
Santai di hammcok... |
Ada yang menarik dari Cukul Sunrise Point ini, karena
bersebalahan dengan sebuah danau kecil yang diseberangnya terdapat vila yang cantik,
bergaya eropa. Menarik perhatian saya dan mencoba menanyakan tentang villa
tersebut ke tukang parkir dan google.
Sebuah villa yang ternyata dimiliki oleh PT. Sosro,
perusahan minuman teh besar di negeri ini. Info yang saya dapat dari google,
villa ini ternyata angker. Karena dulu pernah terjadi pembantaian di villa
tersebut, pernah rusak terkena gempa dan telah direnovasi kembali.
Penasaran dengan villa tersebut, kami mencoba kesana,
dan ternyata tidka diperbolehkan mengambil foto apalagi masuk. Dengan
mencuri-curi foto dari kejauhan, keindahan villa ini bisa saya abadikan.
Danau sebelah Cukul Sunrise Point |
Villa Sosro dari dekat |
Karena hari mulai panas, kami putuskan untuk kembali
ke Hotel. Karena melewati Situ Cilenca, kami sempatkan mampir. Tidak lama kami
disini, karena ternyata airnya surut, karena musim kemarau, yang tentu saja
mengurangi keindahan dari situ ini.
Sekitar jam 09.00, kami sudah sampai di hotel
kembali. Mandi dan kembali packing untuk cek out dan menuju ke Kebun Teh
Malabar. Tidak jauh dari tempat kami menginap.
“Rumah Pengabdi Setan”, saya ketikkan di google maps.memang
tidak jauh.
Rumah Pengabdi Setan |
Sesampainya disana, kesan angker memang terasa. Meski
sebenarnya, perkebunn teh Malabar cukup ramai. Bahkan rumah ini dekat dengan
permandian air panas dan pemukiman penduduk.
Sudah ada empat orang yang sedang berkunjung di rumah
ini. Dan seorang penjaga yang saya lupa namanya. Masuk di dalam rumah langsung
disambut oleh foto “Ibu”. Ibu yang dalam film Pengabdi Setan adalah penganut ilm
hitam yang menjadikan anaknya sebagai tumbal di umur ke tujuh tahun.
Ibu |
Penjaga rumah mengatakan bahwa rumah ini dulunya
adalah rumah dinas dari kepala HRD PTPN VIII, yang pada tahun 2017 rumahnya
disewa untuk pembuatan film Pengabdi Setan. Pada saat ptoses shooting, penghuni
masih tinggal di rumah tersebut sedangkan pengambilan film tetap berjalan.
Entah kenapa akhirnya penghuni pindah ke rumah lain,
mungkin karena kurang bebas dalam melakukan kegiatan di rumah.
Penjaga rumah menuturkan bahwa, sebelum proses
shooting dimulai, memang didatangkan makhluk halus di rumah tersebut agar kesan
angkernya lebih dramatis. Namun sampai dengan selesanya proses pembuatan film,
pihak pembuat film tidak mengembalikan makhluk halus tersebut kembali ke
asalnya.
Setelah pengambilan film selesai, pemilik rumah
kembali menempati rumah tersebut. Namun merasa ada sesuatu hal yang aneh,
penghuni memutuskan untuk meninggalkan rumah tersebut. Kini rumah tersebut
menjadi tujuan orang yang penasaran, termasuk beberapa Youtuber hantu yang
beberapa kali dating malam hari untuk mencari penampakan. Sering terjadi kerasukan di rumah tersebut
pada malam hari, kata penjaga rumah.
Bergaya khas Eropa. Lengkap dengan cerobong asap. |
Sudut rumah |
Berada di loteng rumah |
saya juga memasuki kamar Ibu. Kamar dimana Ibu terbaring sakit dan menggunakan lonceng jika memanggil anaknya. Di scene film, kamar ini sungguh menakutkan.
di Kamar Ibu |
Bagian paling angker, berada di bekas sumur, di
belakang rumah, yang pintu selalu tertutup. Saya meminta penjaga rumah untuk
mengantar saya melihat isinya. Memang seram. Di film, disinila muncul kepala manusia, pocong, dan nenek yang tecebur ke dalam sumur.
Tidak berlama di Rumah Pengababdi Setan, kami melanjutkan
ke Malabar Coffee, menulusuri perkebunan teh, yang hijau, jalan berkelok,
dihiasi rumah-rumah tua bergaya Eropa, yang di dalam benak saya pasti berhantu.
Sekitar 30 menit perjalanan, kami sampai di Malabar
Coffee. Sebuah tempat coffe yang unik, tidak terlalu mewah, dan mempunyai
beberapa kandang luwak.
Saya tentu saja memesan kopi luwal. Hanya IDR 30.000.
sebagai bukan penikmat kopi, saya tidak bisa menilai enak atau tidak, namun
memang rasanya berbeda dengan kopi sachet yang dijual umum, sedikit asam namun
enak.
Tidak bisa berlama-lama, dan tentu saja perut sudah
lapar. Rumah Makan Tangek, rekomendasi tempat makan di perjalanan pulang. Rumah
makan khas Sunda yang tentu saja bisa memanjakan lidah.
Sederhana namun enak |
Jam 13.00, kami kembali ke Bogor, via Cipularang
tentu saja.
Trip singkat ke Pangalengan. Ingat, Pangalengan tidak
hanya pengolahan susu, tapi juga alam yang indah.
Catatan:
Entah kenapa, disana dan sekembali dari Pangalengan, ada beberapa hal yang aneh.
ah mungkin bukan karena hantu Rumah Pengabdi Setan.
Follow IG: @andrants